[REVIEW] BAHAYA LISAN “Jika ucapan adalah perak, maka diam adalah emas”

 


 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Salam hangat bagi para pecinta ilmu! Bahaya Lisan ini jadi buku pertama yang penulis review. O! Apa ada alasan tertentu kenapa penulis pilih jadi yang pertama? Hihi yuk baca aja ulasan lengkapnya!

 

Judul buku : Bahaya Lisan

Penulis : Abu Hamid al-Ghazali

Penerbit : Qisthi Press

Cetakan : 14, Desember 2011

Halaman : 191

 

“Banyak yang meyakini lisan adalah salah satu sumber masalah. Ketika orang banyak bicara, maka kemungkinan untuk mengatakan yang tidak benar akan lebih besar daripada orang yang diam.

Imam Ghazali, dalam buku ini menguraikan kaitan lisan kita dengan amal keseharian, segala ucapan harus didasarkan pada penghayatan. Orang tidak asal saja memaki, menghujat, mencela, dan meng-ghibah. Sebelum itu, ia harus menimbang dulu apa yang harus ia katakan, perlu atau tidak, seberapa detail yang harus ia katakan, atau malah diam.

Al-Ghazali banyak mengutip hadis maupun atsar yang menjelaskan bahaya lisan serta langkah-langkah untuk menghindarinya.”


Penulis sendiri membeli buku ini berawal dari banyaknya perkataan orang lain yang sering kali menyakiti hati dan berpikir bahwa mungkin sebenarnya penulis juga telah menyakiti banyak orang.



 

Dalam buku ini Imam Ghazali menerangkan pentingnya menahan lisan. Terlebih jika apa yang kita ucapkan tidak mengandung manfaat, bahkan justru mengandung bahaya. Imam Ghazali menggolongkan ucapan menjadi 4 macam, yaitu ucapan yang berbahaya, ucapan yang bermanfaat, ucapan yang di dalamnya mengandung manfaat dan bahaya, serta ucapan yang tidak bermanfaat dan tidak berbahaya. Dari sini, tentu kita bisa menyimpulkan bahwa kita wajib diam dari ucapan yang jelas mengandung bahaya, sedangkan untuk ucapan yang mengandung manfaat dan bahaya sekaligus, wajib pula ditinggalkan karena menurut Imam Ghazali, manfaat di dalamnya tidak akan sempurna sebab bahaya yang ditimbulkannya.

 

“Sesungguhnya diamnya seorang mukmin itu adalah berpikir. Pandangannya adalah mengambil pelajaran dan ucapannya adalah zikir.”

 


 

Bahaya-bahaya lisan yang dibahas dalam buku ini dikelompokkan menjadi 20 jenis antara lain:

1. Ucapan Tidak Berguna, Batasan Ucapan yang Tidak Berguna, Cara Mengatasinya

2. Banyak Bicara

3. Berbincang tentang Kebatilan

4. Berbantahan dan Berdebat, Cara Mengatasinya

5. Permusuhan

6. Berlagak Fasih

7. Ucapan Keji dan Cabul

8. Melaknat

9. Nyanyian dan Syair

10. Bergurau

11. Meremehkan dan Mengejek

12. Membuka Rahasia

13. Janji Dusta

14. Dusta dalam Ucapan dan Sumpah, Dusta yang Diperbolehkan, Menjaga Diri dari Dusta yang Samar

15. Menggunjing, Definisi Menggunjing, Menggunjing Tidak Hanya dengan Lisan, Faktor-Faktor Mendorong Orang Menggunjing, Obat yang Mencegah Menggunjing, Penyembuhan secara Umum, Penyembuhan secara Khusus, Menggunjing dengan Hati, Alasan-alasan yang Membuat Menggunjing Diperkenankan, Pelebur Dosa Menggunjing

16. Mengadu Domba

17. Lisan Bercabang Dua

18. Menyanjung, Yang Wajib bagi Orang yang Dipuji

19. Kesalahan dalam Berkata-kata

20. Pertanyaan Seputar Allah

 

Dari ke-dua puluh jenis bahaya lisan tersebut, Imam Ghazali senantiasa memberikan penjelasan yang baik disertai dengan hadis-hadis pendukung. Saya sendiri merasa tercerahkan setelah membaca buku yang satu ini. Beliau tidak hanya menuliskan “baik” atau “buruk” suatu tindakan, tetapi juga memberikan penjelasan seakan-akan kita perlu mempunyai dasar yang jelas mengapa tindakan tersebut baik maupun buruk. Beberapa cara untuk mengatasi bahaya lisan dituliskan secara praktis, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa dan gaya kepenulisannya pun tidak berbelit-belit, sehingga pembaca dapat mengambil inti bahasan dengan mudah.

 

Saya ingin memberikan penjelasan yang lebih detail untuk jenis ke-15 Menggunjing atau biasa disebut meng-ghibah. Di antara bahaya lisan yang lain, menggunjing adalah bahaya lisan yang paling banyak dijelaskan di buku ini hingga menghabiskan 40 halaman! Jujur saja, setelah mencoba merenungi isi bacaan bagian ini, saya bisa mengurangi kebiasaan menggunjing yang sangat melekat pada kaum hawa. Meskipun saya akui, kebiasaan itu tidak bisa benar-benar hilang. Nah, Imam Ghazali mendefinisikan menggunjing sebagai berikut.

 

“Menggunjing adalah membicarakan orang lain berkenaan dengan sesuatu yang jika ia mendengar, maka ia tidak merasa nyaman.”

 

Komponen penting dari menggunjing ialah menyebut nama (sebutan) orang yang kita gunjing sehingga lawan bicara paham siapa orang yang sedang dibicarakan dan hal itu dilakukan tanpa sepengetahuan orang tersebut. Pada subbab Faktor-faktor yang Mendorong Orang Menggunjing, Imam Ghazali menyebutkan ada 8 faktor yang berlaku untuk orang awam dan 3 faktor khusus bagi orang-orang ahli agama dan orang-orang elit. Dari sini saya paham menggunjing tidak sesempit definisi yang selama ini saya pahami. This really opened my eyes. Kalau kalian penasaran, kalian bisa beli bukunya sendiri yaa!



 

Jika pembaca berhasil merenungi hikmah yang terkandung dalam buku ini, pembaca mungkin dapat menghindari bahaya-bahaya lisan selama berinteraksi dengan manusia. Namun, pada akhirnya yang mampu memberikan hidayah dan petunjuk hanyalah Allah SWT. Satu lagi! Buku ini lebih baik kita terapkan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan diri sendiri, bukannya untuk menyalah-nyalahkan orang lain. Ingat! “Mukmin yang satu adalah cermin bagi mukmin yang lain.” Semisal kita menemukan hal-hal yang tidak berkenan di hati pada orang lain, yang pertama kali kita benahi adalah diri kita bukan bayang-bayang dari cermin tersebut. Nah kutipan terakhir ini saya baca dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya Salim A. Fillah. Bagi yang tertarik bisa baca reviewnya juga! Hihihi.. Semoga yang sedikit ini bisa memberi manfaat kepada pembaca. Aamiin. Terus semangat menuntut ilmu!


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Komentar